Saturday, June 5, 2010

identity confusion

Jadi, kita yang berumur 17 tahun ke atas tentu memiliki kartu identitas. KTP dan kartu mahasiswa misalnya, merupakan contoh kartu identitas. Apa isinya? Keterangan nama, alamat, agama, status perkawinan, tanggal lahir dll. Itulah identitas kita, atau setidaknya begitulah menurut kebanyakan orang. Tapi apa sebenarnya identitas itu? Siapakah kamu? Apakah hanya sebatas keterangan nama, lahir dimana, sudah menikah atau belum, memeluk agama apa, kuliah dimana bla bla bla…

Identitas sendiri memang merupakan potret atau gambaran diri. Proses pencarian identitas ini dilakukan secara bertahap. Jadi sebelum mengetahui identitas kita, kita harus lebih dulu memiliki pemahaman diri (self understanding), gambaran kognitif mengenai diri kita. Biasanya, proses pencarian identitas ini dimulai ketika kita memasuki masa remaja dimana kita mulai mengalami tahapan perkembangan identity vs identity confusion. Siapa saya? Apa tujuan saya? Bagaimana seharusnya penampilan yang cocok untuk saya? Pertanyaan seperti itu akan terus muncul sepanjang hidup kita ketika kita menyadari banyaknya pilihan yang tersedia ketika kita beranjak dewasa.

Remaja mengeksplor dan mencari identitas dengan bereksperimen dengan peran-peran yang berbeda. Keberhasilan dalam mengeksplor diri ini akan membawa remaja menjadi diri yang baru dan dapat diterima, baik social maupun penerimaan terhadap diri sendiri. Ini membuat remaja percaya diri dan semakin memperkuat identitasnya. Namun ketika proses mengeksplor ini gagal, terjadilah identity confusion. Remaja akan menarik diri dan mengisolasi dirinya dari lingkungan yang tentu saja berakibat buruk, atau ia akan meleburkan dirinya dengan orang lain, sehingga ia tidak memiliki identitas.

misalnya, seorang anak basket menggambarkan dirinya sebagai penggemar olahraga basket. Maka ia akan berpenampilan dan bertingkah laku seperti seorang pemain basket untuk mendapatkan identitas dan gambaran diri yang diinginkan



ketika seseorang menyukai musik entah emo, hip hop, metal ataupun reggae ia akan mencocokkan penampilannya



atau, kita ingin medapatkan image sebagai cheerleader maka kita berpenampilan seperti cheerleader



inilah yang dimaksud dengan remaja yang meneggelamkan diri ke dalam lingkungan pergaulan, sehingga tidak ada identitas individu.

peran orang tua sangatlah penting untuk menumbuhkan pola identitas yang sehat , sehingga anak memiliki kemampuan untuk menjadi diri sendiri dan mampu mengembangkan identitasnya.

No comments:

Post a Comment